Iya........................................




Seorang laki-laki datang kearahku.
Mataku rabun tanpa pembantu.
Tak bisa lihat garis-garis tubuhnya.
Garis pada tiap ujung pakaiannya.
Garis pada seluruh air mukanya.

Semakin dekat aku jadi paham khasnya.
Lebih tinggi dariku, tapi kalah putih denganku.
Oh, dia!

Dir!
Panggilnya.
Kujawab iya.

Ia berbicara beberapa kalimat.
Mungkin jumlahnya belasan.
Kujawab lagi dengan iya.
Iya, iya, iya.
Iya, padahal kudengar saja tidak.
Karena telingaku mendadak cuti melahirkan.
Sedang mataku sudah asik main duluan.
Sama dua bola matanya pergi ke pasar perasaan.

Kemudian ia minta semua angka ponsel hitam milikku.
Seperti meriam dengan sumbu menyala.
Perasaanku jadi meledak-ledak.
Siap menerima jenis-jenis sapaan yang akan tiba.
Bisa nanti malam, bisa besok pagi.
Bisa juga lusa siang.

Malamnya, besok paginya.
Dan lusa siangnya.
Layarku tak muncul tanda-tanda miliknya.
Tidak ada namanya, apalagi sapaannya.
Rasanya mau jongkok di tempat tempo hari.
Memungut puing-puing perasaanku yang masih ada.

Di minggu lainnya malah teman perempuanku yang menyapa.
Katanya mau beri kabar yang sudah lewat kadaluarsa.

Eh, Dir!
Sapanya.
Kujawab iya.
“Dia sudah punya orang.”
Kujawab lagi.
"Iya"
Iya.
Iya, tapi dengan banyak titik dibelakang.

Iya………………………………………………………………………………………………………………………

Oktober, 2016.

ps : Kejadian awal 2016. Masih diingat - ingat sampai sekarang dan jadi ketawa sendiri. Akhirnya diceritakan di bulan Oktober ini. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidak cukup bagi kita

Jangan terlalu serius

Covid why