Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

Surat di halaman 71

Gambar
Untuk kamu, ditempat. Selamat pagi, siang, sore, malam. Tanpa salam - salam lagi, kutuliskan surat ini untukmu. Semoga suka, semoga pula tak suka. Waktu itu hujan. Aku lagi duduk di dalam bis yang sedang melaju menuju arah pulang. Duduk di pojok dekat kaca sambil memandang kendaraan, tukang bakso, atau apapun yang sedang bergerak di jalan. Sedangkan teman di sebelah sedang ngobrol dengan yang lain. Mungkin ia sesekali melihat ke arahku karena bingung kenapa saat itu cuma diam liat pemandangan lalu curi pandang ke layar telefon genggam. Sejujurnya saat itu aku nggak lagi memandang kendaraan, tukang bakso, atau apapun yang sedang bergerak di jalan. Aku sebenarnya sedang membayangkan. Membayangkan air muka kamu waktu baca pesan singkatnya. Membayangkan pikiran kamu waktu jawab pertanyaannya. Awalnya aku ada di atas, lebih dari antariksa, nggak jauh dari bintang - bintang. Karena aku kira kamu bakal menolak atau menyegah apapun seperti pengalaman. Sialnya aku kemudian

Obrolan di gang, motor dan hujan

Gambar
Dengan suara rintik hujan yang beradu dengan jaket hujan, aku duduk di jok belakang motor yang agak basah. Di tengah perjalanan, ku pinta si pengemudi untuk berbelok memasuki jalan pintas. Suatu gang kecil dan sempit, tapi cukup untuk dilewati satu mobil dengan kanan-kiri yang pas mepet tembok. "Nah, ini belok kanan ya." Aku memberi arahan ketika ada pertigaan tepat di depan kami. "Ini namanya jalan apa?" Tanyanya tiba-tiba. "Jalan baru ya?" Tanyanya lagi. Aku diam. Mengingat-ingat. "Jalan Solo namanya." Jawabku. "Jalan Nadira ini namanya."  "Hahaha." Aku bingung jadi tertawa. "Kok? Kenapa emang?" Tanyaku kemudian. "Biasanya penemu jalan atau si penunjuk jalan itu, namanya dijadiin nama jalan." "Hehehe bisa aja." Aku senyum. Dengan mata kedap kedip karna ditusuk-tusuk tetes hujan. "Pas itu saya lagi di masjid yang ternyata lagi ada suatu acara yang membahas tentang teror