Belajar-belajar-belajar!
Ceritanya, ini tanggal 24 di bulan April di bulan 2017.
Aku
lagi tidur di sebuah kamar ukuran sedang yang berada di lantai 3 yang ada di
salah satu penginapan di Sukabumi. Jam satu entah lewat berapa, mendadak semua
barang bergoyang. Hentakan tempat tidur yang beradu dengan lanta dan dentingan
gelas yang menyentuh gelas-gelas lainnya memenuhi ruangan. Aku terbangun.
Tiba-tiba semua gerakan berhenti. Segera aku berlari melewati tangga darurat
menuju lantai dasar. Suasana masih sepi. Mungkin semua orang terlalu asik
bermimpi sehingga tak menyadari. Mungkin mimpinya sedang main bola, bertemu
badut atau jalan-jalan keliling eropa.
Lalu, aku bertemu salah satu
pekerja. Katanya, begitulah Sukabumi. Didalamnya terdapat lempeng meneyerupai
wajan. Jadi, tergeser sedikitpun bisa menyebabkan gempa. Selama alarm dari
pihaknya tidak berbunyi, itu berarti tidak membahayakan building. Karena mereka
sudah memilki detector di dasar, katanya.
Ya, begitulah awal hariku di
tanggal 24 April 2017
Jujur,
tidak ada yang spesial. Karena aku terlalu menunggu ucapan dari dua orang. Yang
satu, akan-ku. Yang satu sudah-ku. Sampai keesokannya dan beribu keesokannya,
tak ada kata setitikpun dari mereka.
Yang
pertama adalah Si Akan-ku. Si Akan-ku itu adalah orang yang aku pikir cepat
atau lambat akan menjadi kita. Orang yang cukup baik meski aku tahu sebenarnya
dia hanya membolak – balikkan seseorang. Awalnya aku punya banyak ke dia. Lalu
tumpah jadi sedikit. Lalu hilang lama-lama karena kubiarkan menguap. Dan juga
karena sikap dia sendiri yang semakin seenaknya. Jadi, sebenarnya sampai
sekarangpun kalau dia tidak membalasku, itu sama sekali bukan masalahku. Dan
jikapun dia membalas, aku cuma bermaksud memberi respon baik untuk menghindari
arti sombong. Tapi dia malah semakin-makin. Di saat itu, dia memilih diam dan
sibuk sendiri di sosialnya media. Mungkin, dia juga main-main seperti punyaku
yang sebelum-sebelumnya. Jadi, mungkin ini saatnya aku mulai mengurangi respon
dan sedikit menjauh darimu, Si Akan-Ku. Karena, jadi teman saja pun sudah lebih
dari cukup.
Yang
kedua adalah Si Sudah-ku. Si Sudah-ku itu adalah orang yang sempat beberapa
waktu pernah denganku. Yang juga pernah aku ceritakan di pos sebelumnya. Saat
itu, aku tahu betul dia pura-pura menghilang. Aku yakin betul kalau dia tahu
tapi pura-pura tak muncul. Padahal, awalnya aku sudah berpikir kalau aku akan
berteman sangat - sangat baik dengannya. Menanyakan kabar, sedang apa, dan lagi
dimana tanpa mengenal keadaan dan sekitar kita. Dan tak lupa mengucapkan
selamat hari lahir di masing-masing hari dengan kalimat yang sederhana. Tapi
nyatanya? Itupun tak terjadi saat itu. Sepretinya aku kembali terlalu berharap
untuk berteman sangat sehat dengannya. Jadi, dia memang sama seperti punyaku
yang sebelum-sebelumnya. Dan sepertinya, ini saatnya aku mulai mengurangi
respon dan mulai sedikit menjauh. Karena, hanya kenal saja, itu lebih baik
dibanding berteman.
Tak
hanya itu. Di keesokannya, aku melihat Si Sudah-ku yang lain lagi
berbunga-bunga dengan yang lainnya pula. Berkerudung namun sesekali dibuka. Dan
Si Akan-ku yang lain, yang sedang turut berbunga-bunga dengan temanku sendiri.
Berkerudung namun sesekali dibuka. Rasanya saat itu aku mendadak kacau. Seperti
sedang berduri diantara yang sedang berbunga-bunga. Yang seharusnya aku
mendengar audio di mata kuliah listening, aku malah meminta mataku merekam
ulang hal-hal lain yang bikin aku sakit kepala, lalu bengong lihat kaca
jendela. Lalu nilaiku jadi hancur lebur. Ini serius.
Sampai malamnya,
aku tidur lebih sore dan bangun pukul 01.00. Segera beranjak dari kasur untuk solat
isya.
Dan alhamdulillahnya, aku jadi
solat malam.
Di hari-ku sendiri, lagi-lagi aku
belajar banyak. Belajar untuk tidak terlalu terbuka dan menganggap semuanya
akan baik sesuai dengan skenario yang kubuat, tanpa mempedulikan revisi dari
tiap-tiap orang. Belajar untuk menghargai orang lain dan tidak memikirkan diri
sendiri. Belajar untuk peduli dan berteman dengan rajin. Belajar untuk setia
dengan solat dan memusuhi gossip. Belajar untuk memerangi kata kasar dan
mengucapkan seluruh milik positif. Belajar untuk semangat dan menerima apa
adanya. Belajar patuh dengan orangtua dan sayang adik satu-satunya. Belajar
untuk sehat dan sembuh. Belajar untuk ikhlas dan bersyukur.
Intinya, belajar untuk lebih
dewasa.
Selamat hari lahir, aku!
Nadira,
April 2017
Komentar
Posting Komentar