Dia, Dilan(ku) di tahun 2014



Di cerita ini, aku akan kilas balik ke tahun 2014.

Sejujurnya, aku suka banget sama novel Dilan. Inget banget, waktu itu baca cerita 'Dilan Dilanku 1990' dari sebuah blog yang diceritakan hampir 90% isi ceritanya di tahun 2016. Sayangnya, tidak diselesaikan pengetikannya. Mungkin sengaja, biar orang-orang beli bukunya. Aku baca ceritanya di jam kuliah di kelas. Duduk nomor tiga dari depan, di paling kanan kelas. Waktu itu belum tahu Pidi Baiq siapa. Cover bukunya aja nggak pernah tahu, yang ternyata sering dilihat di Gramed. Saat itu, cuma mengira kalau cerita yang aku baca adalah novel jadul tahun 1990. Aku semakin mengebu untuk baca ketika menemukan sebuah puisi di suatu halaman, yang sepertinya pernah kubaca sebelumnya.

MILEA 1
Bolehkah aku berpendapat?
Ini tentang dia yang ada di bumi.
Ketika Tuhan menciptakan dirinya
Kukira Dia ada maksud mau pamer

Setelah diingat-ingat, ternyata aku pernah mendapat puisi itu di tahun 2014, dari seorang teman satu kelas. Dia itu pindahan dari salah satu SMA terkenal di Jakarta Selatan yang sempat heboh karena tawurannya. Sebut saja Dani. Sebenarnya nggak ada cerita spesial sih diantara aku sama dia. Namun ceritanya cukup menyenangkan bagiku. Kita sempat beberapa bulan dekat. Dekat biasa yang bukan pdkt. 'Ngalus' kalau bahasa halusnya. Karena memang Dani ini tipe orang cukup playboy. Jadi wajar saja kalau dia suka tiba-tiba mendekati perempuan. Sudah sekitar tiga orang yang ia dekati di kelasku dan semuanya berhijab. Aku adalah orang kedua. Padahal, pada akhirnya pacarnya adalah perempuan yang tidak berhijab. Nggak tahu sih maksudnya apa. Yang jelas cukup lama hubungan mereka, kata teman-teman.

Kalau sulit membayangkan perawakannya, kamu bisa mengingat sosok Rangga di AADC. Hampir sama. Wajahnya lumayan tampan, pendiam, dingin, cerdas, suka baca buku dan buat puisi. Tapi orangnya juga lucu, sih. Aku lupa dekatnya karena apa. Pokoknya dia pernah beberapa waktu sering sekali menghampiri aku, lalu duduk di sebelahku untuk sekedar ngobrol atau diskusi yang salah satunya membahas pertanyaanku mengenai,

"Kenapa sih lo ngerokok?"

Dan dia akan memberikan 1000 alasan yang masuk akal. Pada akhirnya skors aku dan dia menjadi : 0 - 100000000000.

Seperti yang dikatakan sebelumnya, aku pernah mendapat satu puisi dari Dani yang sekarang baru kusadari, ternyata ia menyalin dan sedikit mengubah kalimat akhirnya. Inilah puisi dari Dani yang tiba-tiba merebut hp-ku, membaca seluruh notes hp-ku, lalu mengetik notes baru. Meskipun aku sempat marah-marah karena itu mengganggu privasi. Tapi pada akhirnya, senyum-senyum juga. Padahal tidak ada romantis-romantisnya. Justru malah merupakan bahan ledekan.

NADIRA 1
Bolehkah aku berpendapat?
Ini tentang dia yang ada di bumi.
Ketika Tuhan menciptakannya,
Kukira Ia berniat menciptakan iblis.

09/10/2014 13:22

Aku tahu tanggal dan jamnya karena sempat ku-screenshoot dan masih tersimpah di gallery handphone hingga sekarang. Aku lupa dia pernah buat berapa puisi. Sepertinya sih 2, tapi nggak tahu atau lupa satunya apa. 

Selain mengobrol di jam kosong, kita juga suka berkomunikasi di jam istirahat. Aku itu suka banget jajan choki-choki. Sedangkan Dani lebih suka minta ke aku. Jadi, kalau aku beli, dia pasti akan minta. Dan besoknya dia akan ganti dengan memberikan aku choki-choki sebanyak yang ia minta. Nggak jelas sih emang, tapi aku ngerasa itu cukup lucu.

Sejujurnya, kita nggak pernah berkomunkasi lewat chat. Pernah ia chat menyapaku, lalu aku balas, lalu dia membalas lagi, dan pada akhirnya aku read saja. Besoknya ia menghampiri bangku-ku, komplain dengan suara cukup keras, kenapa aku tidak membalas chatnya. Sampai-sampai, teman yang duduk di belakangku mengira aku dan dia sedang pdkt. Malamnya, aku langsung balas chatnya. Ternyata ia malah read balik. Keesokannya, dia menghampiriku dan aku langsung komplain. Lagi-lagi, teman yang duduk belakangku berkata sedemikian persis dengan hari sebelumnya. Selain chat, ia pernah beberapa kali bercerita padaku kalau ia habis stalking instagram (dan blog sepertinya, aku lupa). Tapi ia hanya pamer stalking tanpa follow. Ya, kami memang tidak berteman di sosial media manapun, kecuali line saat itu.

Di tahun baru 2014 (atau 2015 aku lupa), kami juga pernah sangat dekat dari biasanya. Aku tahun baruan sama teman-teman kelas. Dani juga datang waktu itu. Aku nggak tahu Dani lagi kenapa, dia terus dekat denganku. Nyamperin kalau aku lagi sendiri, ngobrol, bercanda-canda seperti, "Kita jadian aja ya hari ini!" sambil memegang tanganku dan aku cuma bisa bilang 'Yuk, hari ini ya!' sambil tertawa. Kami sempat berfoto bersama, lalu aku pasang foto kami di path. Bahkan, keesokannya di hari sekolah, beberapa teman di kelas lain mulai bertanya-tanya apakah aku pacaran dengannya atau tidak. Yang jelas aku mengelak, karena takut Dani jadi tidak nyaman meski ia duluan yang memulai. Untuk fotonya, aku sudah tidak simpan.

Semakin lama ia berubah menjadi lebih jauh dan mendekati teman perempuanku yang lain. Aku memang sudah tahu alurnya akan seperti ini. Sayangnya, waktu itu aku sudah ada rasa tertarik. Sedangkan Dani, entah maksud ia atau bagaimana perasaan ia saat itu. Tidak mau khusnuzon, apalagi suudzon. Dani yang sudah berubah juga membuatku sama sekali tidak mengobrol apalagi basa-basi. Ya sudah, seperti hanya kenal sebatas teman kelas saja yang padahal sudah menjadi teman kelas selama dua tahun. Aku cukup akrab dengan semua teman laki-laki di kelas, tapi tidak dengannya. Seperti air, Dani mengalir saja. Lalu hilang.

Saat kuliah, aku dekat dengan teman perempuan dari SMA yang sama denganku. Sebut saja Dina. Ternyata, ia sempat dekat cukup lama dengan Dani saat SMP dan hampir jadian. Namun karena Dina memilih yang lain, akhirnya hubungan mereka gagal. Beberapa semester kemudian, aku dan Dina sedang membahas tentang teman SMA lalu Dina tiba-tiba membahas tentang Dani. Katanya, ia baru ingat, waktu Dani belum lama pindah ke SMA kami, ia sempat berkabar dengan Dani dan Dani sempat membawa-bawa namaku. Kata Dina, Dani sempat mengaku kalau ia sedang dekat denganku. Tapi, Dina juga kurang yakin karena ia benar-benar lupa obrolan chat mereka waktu itu. Walahualam.

Kesimpulannya, ikutilah alur tanpa perlu bawa perasaan. Sayangnya aku sudah, meski bukan 'cinta-cintaan' melainkan cuma rasa tertarik. Untuk alasan 'sebelum dan sesudah' Dani, aku juga masih belum bisa menebak. Semoga bukan main-main ya, karena aku bukan perosotan. Tapi, nggak apa sih, karena aku sekarang juga udah nggak apa-apa.

Aku cerita ini bukan karena masih ada rasa. Sebenarnya mau bahas cinta-cintaan 2019 yang berhubungan dengan Dilan, eh malah ngalor ngidul ke 'rasa rasa' tahun 2014. Ya sudahlah, 'hati-hatian' tahun 2019 di bahas next post saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Covid why

Tidak cukup bagi kita

Dora the sotepbol